Abraham Viktor adalah sosok di kembali suksesnya cloud kitchen dan restoran offline berjulukan Hangry (2019). Bergerak di bagian kuliner, Hangry adalah startup nan melayani pesan antar unik untuk ranah makanan dan minuman nan dirintis di masa pandemi Covid-19 ini.
Mempunyai lebih dari 70 gerai, pendapatan Hangry terus bertumbuh hingga lebih dari 23 kali lipat. Di sepanjang tahun 2019 - 2021, Hangry sukses menjual lebih dari 10 juta porsi minuman dan makanan. Kabarnya, Hangry sanggup menjual lebih dari sejuta porsi produk nan berasal dari empat jenamanya.
Angka ini bakal terus bertambah seiring dengan masuknya Accha dan menjadi bagian Hangry. Berkat usahanya merintis Hangry, nama Abraham Viktor dan rekannya, Robin Tan, sukses masuk daftar Forbes 30 Under 30 untuk kategori Retail dan Consumer di tahun 2021.
Baca Juga: Profil Nabilah Alsagoff, Co-Founder DOKU nan Pelopori Pembayaran Digital di Indonesia
Dari Akuntan ke Entrepreneur
Abraham Viktor (Sumber: www.listennotes.com)
Sebelum terjun ke bumi bisnis, Abraham Viktor pernah menimba pendidikan di Universitas Indonesia dan mengambil bidang Akuntansi (Fakultas Ekonomi dan Bisnis). Tak dapat dipungkiri, lahir dari family akuntan membikin Bram, demikian sapaan akrabnya, menggeluti bagian pendidikan nan disarankan orang tuanya.
Namun seiring dengan pertumbuhannya, Bram semakin menyadari bahwa menjadi entrepreneur adalah salah satu passion utamanya. Ia tergerak untuk membangun upaya nan inovatif seraya mengembangkan sumber daya manusia.
Selain itu, Bram juga mempunyai kesukaan nan besar di bagian kuliner. Sehingga dia pun membentuk PT Modular Kuliner Indonesia (Hangry) nan sekarang berkembang pesat. Startup rintisannya itu menjadi perusahaan kuliner multi-brand pertama di Indonesia nan berbasiskan teknologi.
Punya Segudang Pengalaman Menarik
Berbicara mengenai pengalaman dan riwayatnya sebagai pengusaha, Abraham Viktor sudah mengecap jam terbang nan beragam sebagai fondasinya berkiprah. Sebelum membentuk Hangry di tahun 2019, dia pernah menjadi Summer Equity Analyst di PT PANIN Asset Management (2011).
Di tahun 2011 itu, namanya juga tercatat sebagai Co-Founder dari Kayafood nan merupakan produsen roti dan selai. Terus mengembangkan diri, Bram kembali menjadi Co-Founder untuk Ixacon, perusahaan baja ringan di tahun 2012.
Setahun kemudian, Bram dikenal sebagai Analyst dari The Boston Consulting Group (2013). Selanjutnya, dia didapuk menjadi Investment Banking Analyst untuk Nomura (2014).
Bram lantas menjadi Co-Founder dan Chief Evangelist Taralite (2015). Memasuki tahun 2018, Bram menjadi Head of Special Projects OVO (PT Visionet Internasional). Hingga pada tahun 2019, ketekunannya mengantarkan perjalanan Bram untuk menjadi Founding Member dan CEO Hangry.
Mendirikan Startup Kuliner nan Inovatif
Andreas Resha, Abraham Viktor, dan Robin Tan (Sumber: gayatekno.id)
Awalnya, Hangry dirintis oleh tiga rekanan nan terdiri dari Abraham Viktor, Andreas Resha, dan Robin Tan pada tahun 2019. Mereka merilis aplikasi ini agar pengguna bisa memesan sajian dari sejumlah jenama di bawah naungan Hangry dengan sigap dan praktis. Meski begitu, menu nan tersedia di Hangry juga bisa dipesan lewat aplikasi lain, seperti GrabFood dan GoFood.
Hangry sendiri menyediakan sejumlah menu nan menggiurkan. Seperti minuman Kopi Dari Pada, ayam goreng cita rasa Korea (Moon Chicken), ayam geprek serta sajian dalam resep olahan lainnya (Ayam Koplo), dan masakan ala Jepang (San Gyu). Adapun produk sajian dibanderol mulai dari Rp15.000 - Rp70.000 ribu per porsi.
Bukan restoran fisik, Hangry adalah salah satu startup kuliner multi-brand dengan konsep restoran nan berbasis cloud kitchen (komputasi awan). Cloud kitchen artinya pembeli hanya dapat memesan menu makanan melalui online dan tak bisa makan langsung di tempat.
Berkembang dengan Restoran Offline
Tak hanya cloud kitchen saja, sekarang Hangry sudah memperluas pelayanannya dengan mengenalkan restoran offline jenis mereka. Selain itu, Hangry juga memperluas pasarnya dengan langkah mengakuisisi Accha, pionir makanan sigap saji unik India pada tahun 2021 lalu.
Yang menarik, Accha awalnya sempat memandang Hangry sebagai pesaing terkuatnya sebelum mereka berakuisisi. Hal ini dikarenakan jenis upaya nan digarap oleh kedua belah pihak terbilang sama.
Namun rupanya, keduanya mempunyai kesamaan visi misi. Dengan berakuisisi, Hangry pun menghadirkan Accha sebagai pelengkap beragam produk nan disajikannya. Merogoh biaya ratusan miliar, peleburan Hangry dan Accha juga bakal melahirkan produk kerjasama lainnya dari mereka.
Hangry menargetkan untuk menambah 120 outlet mereka di wilayah Jabodetabek, Medan, Bandung, Semarang, Surabaya, dan Makassar. Selain itu, Hangry juga berencana untuk menggandeng sejumlah jenama lainnya guna memperkaya keragaman produk sajian di outlet restoran offline mereka.
Baca Juga: Menelisik Perjalanan Karier Forrest Li, Pemilik Shopee, Garena, dan SeaMoney nan Makin Tajir
Membidik Pasar Domestik Maupun Global
Untuk rencana jangka panjangnya, Hangry mau terus bertumbuh menjadi perusahaan food and beverages terbesar Indonesia di tahun 2025. Bahkan, Hangry juga berambisi untuk menembus pasar dunia di tahun 2030 nanti.
Kabarnya, Hangry kembali menerima sejumlah biaya ekuitas dan pinjaman dari beberapa sumber. Kucuran biaya institusional pertama didapatkan sebesar Rp43 miliar (3 juta Dollar AS) pada tahun 2020 lalu. Dana tersebut sukses dikantongi dari Sequoia Capital dan Alpha JWC Ventures lewat program akselerator Surge.
Menariknya lagi, Alpha JWC Ventures kembali menginvestasikan biaya kepada Hangry melalui pendanaan seri A di bulan Mei 2021, dengan nominal di kisaran Rp204,7 miliar (14,25 juta Dollar AS).
Menggiatkan Ekspansi Regional dan Nasional
Kini, startup bernama Hangry ini terus berekspansi di bawah ketua Abraham Viktor beserta beberapa rekannya. Selain Robin Tan dan Andreas Resha, nama Sari Lauda, Wenyou Tan, dan Arlene Sutjiamidjaja juga ikut terlibat dalam pengelolaannya.
Dalam urusan pendanaannya, Bram menuturkan bahwa penambahan jenama baru bakal selalu menjadi bagian dari sasaran Hangry. Hal ini dikarenakan startup tersebut memang berkonsepkan perusahaan multi-brand dan juga multi-channel.
Tentunya, jenama unggulan nan lebih siap secara dunia bakal selalu dipilih Hangry untuk diajak berakuisisi. Apalagi dengan adanya support signifikan dari jejeran penanammodal nan ulung seperti Journey Capital Partners, Orzon Ventures, Sassoon Investment Corporation (SassCorp), Alpha JWC Ventures, Innoven Capital, hingga Genesis Alternative Ventures. Hangry percaya ambisi besar mereka dapat segera terwujud dan terlaksana.
Per April 2022 ini, penggelontoran biaya segar senilai 22 juta Dollar AS (kisaran Rp316 miliar) kembali didapatkan Hangry untuk mengoptimalkan pertumbuhan bisnisnya. Sementara itu, prediksi valuasi perusahaan terkini telah mendekati 150 juta Dollar AS nan membuatnya menyandang status Centaur nan bisa segera bertumbuh pesat menjadi Unicorn.
Kiat Sukses dari Pengalaman Bram
Sumber: dailysocial.id
Abraham Viktor berpendapat, upaya kuliner nan sekarang berkembang sangat pesat melahirkan begitu banyak pemain baru nan terus bermunculan. Ketatnya persaingan ini mengharuskan para pelakunya mempunyai fondasi nan kuat untuk tetap kompeten dan berkualitas.
Tiap orang mempunyai langkah serta prosesnya sendiri untuk mencapai keberhasilan. Perihal kesuksesannya membangun upaya kuliner, Abraham lantas berbagi kiat unik nan telah dipraktikkannya.
Dalam aktivitas ShopeePay Talk: Muda Mudi Bangsa, Bangkit Bangun Bisnis nan dihelat pada Mei 2021 lalu, Bram berbagi sejumlah langkah agar sukses menggeluti upaya kuliner. Poin pentingnya adalah langsung mengeksekusi, menentukan skala upaya nan hendak dicapai, belajar serba cepat, serta menguasai seluruh segmen pasar secara keseluruhan.
-
Langsung Mengeksekusi
Belajar dari kesalahan nan pernah dilakukannya, Bram menyarankan agar pelaku upaya jangan terperangkap dengan overthinking nan kelamaan. Sebaliknya, demi efisiensi, upayakan untuk langsung mengeksekusi agar buahpikiran tidak menjadi usang alias basi.
Lalu segeralah ambil tindakan dan lakukan langkah pertama untuk mewujudkannya. Mengatur strategi dan perencanaan matang memang penting. Namun jangan sampai terlalu lama menyita waktu dan langsung saja mengeksekusi.
-
Menentukan Skala Bisnis nan Hendak Dicapai
Tentukan goal nan dituju sebagai skala kesuksesan bisnis. Mau besar ataupun kecil, lokal alias global, sasaran ini krusial agar upaya bisa maju secara maksimal untuk segera mencapai kesuksesan.
Penentuan skala upaya diibaratkan sebagai peta petunjuk arah bagi kemajuan upaya nan sedang dirintis. Poin ini juga sangat berfaedah untuk penyesuaian modal dan berapa besar budget nan dibutuhkan untuk mewujudkannya.
-
Belajar Serba Cepat
Persaingan nan kompetitif di bumi upaya mengharuskan para pelakunya untuk belajar dengan serba cepat, termasuk dalam fleksibilitas. Ketika mengalami kegagalan, cepatlah beradaptasi dan pelajari di mana letak kekurangannya.
Segera perbaiki agar upaya menjadi lebih maju lagi. Jangan ragu apalagi sungkan untuk mengikuti rekam jejak pengusaha lainnya nan sudah senior dan lebih dulu mencapai kesuksesannya.
-
Menguasai Seluruh Segmen Pasar Secara Keseluruhan
Adalah krusial dalam upaya kuliner untuk selalu menguasai segmentasi pasar secara keseluruhan. Dengan membidik seluruh lapisan masyarakat, kemungkinan pembeli nan datang dari beragam latar belakang pun bakal semakin besar. Pastikan produk nan ditawarkan bisa disukai semua kalangan dan dibeli oleh segala usia.
Kiat terakhir tersebut telah sesuai dengan cita-cita Hangry, ialah membangun jenama dengan sajian berbobot nan bisa dinikmati di seluruh dunia. Tak hanya sekadar membangun jenama sendiri, Hangry juga menggabungkan brand juara lainnya di ranah makanan dan minuman kenamaan. Dengan begitu, minat dan selera para konsumen nan berbeda-beda pun bisa dipenuhi dengan optimal.
Baca Juga: Menelusuri Jatuh Bangun Edwin Soeryadjaya, Konglomerat Batu Bara dengan Harta Triliunan Rupiah